Harga Minyak Tembus US$50

Hafiyyan – Jum’at, 27/05/2016 08:10 WIB

minyakAnjungan Minyak

 

JAKARTA—Harga minyak naik di atas US$50 per barel dan menjadi level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir seiring dengan proyeksi melimpahnya pasokan global yang mulai mereda.

Pada perdagangan Kamis (26/5) pukul 19:08 WIB harga minyak WTI kontrak Juni 2016 naik 0,50 poin atau 1,01% menuju US$50,06 per barel. Dalam waktu yang sama, harga minyak Brent kontrak Juli 2016 meningkat 0,59 poin atau 1,19% menjadi US$50,33 per barel. Keduanya menjadi level tertinggi baru sepanjang tahun berjalan.

Dalam waktu yang sama, harga minyak Brent kontrak Juli 2016 merosot 0,25 poin atau 0,52% menjadi US$48,10 per barel. Artinya, harga sudah terkerek 17,33% sepanjang 2016.

Analis Komoditas Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, seminggu menjelang pertemuan OPEC pada 2 Juni mendatang memberikan sentimen positif. Pasalnya, Arab Saudi sebagai pimpinan OPEC mewacanakan upaya terkoordinasi untuk mengintervensi pasar yang masih mengalami surplus suplai.

Di sisi lain, harga turut mendapat dorongan kuat dari turunnya stok penyimpanan Amerika Serikat. Data U.S. Energy Information Administration (EIA) pada Rabu (25/5) menuliskan, persediaan minyak mentah mingguan AS per Jumat (20/5) merosot 4,226 juta barel menuju ke 537,068 juta barel.

Laporan EIA juga menyebutkan level produksi minyak mentah Paman Sam per Jumat (20/5) menurun 0,27% menuju 8,767 juta barel per hari. Angka tersebut merupakan posisi terendah sejak September 2014.

Wahyu berpendapat, sentimen positif mulai membayangi pasar minyak akibat berkurangnya surplus pasokan. “Para investor kembali melakukan aksi beli sehingga mengantar harga menuju posisi US$50 per barel,” tuturnya kepada Bisnis, Kamis (26/5).

Dalam waktu dekat, terhambatnya pasokan di Nigeria, Libia, Ghana, dan Kanada juga mengurangi kelebihan pasokan. Diperkirakan gangguan suplai di Nigeria, Ghana, dan Kanada  membuat stok global terkoreksi lebih dari 1,5 juta barel per hari di awal Mei.

Meskipun demikian, sambungnya, harga minyak masih belum memasuki tren bullish karena masih dalam masa rebound. Dari sisi teknikal, rebound terjadi akibat rendahnya harga sejak awal tahun yang mengalami oversold.

Menurutnya nilai jual dalam masa rebound berkisar antara US$50-US$60 per barel. Namun, jika faktor fundamental membaik signifikan harga berpeluang menyentuh level US$100 per barel.

JAKARTA—Harga minyak naik di atas US$50 per barel dan menjadi level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir seiring dengan proyeksi melimpahnya pasokan global yang mulai mereda.

Pada perdagangan Kamis (26/5) pukul 19:08 WIB harga minyak WTI kontrak Juni 2016 naik 0,50 poin atau 1,01% menuju US$50,06 per barel. Dalam waktu yang sama, harga minyak Brent kontrak Juli 2016 meningkat 0,59 poin atau 1,19% menjadi US$50,33 per barel. Keduanya menjadi level tertinggi baru sepanjang tahun berjalan.

Dalam waktu yang sama, harga minyak Brent kontrak Juli 2016 merosot 0,25 poin atau 0,52% menjadi US$48,10 per barel. Artinya, harga sudah terkerek 17,33% sepanjang 2016.

Analis Komoditas Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, seminggu menjelang pertemuan OPEC pada 2 Juni mendatang memberikan sentimen positif. Pasalnya, Arab Saudi sebagai pimpinan OPEC mewacanakan upaya terkoordinasi untuk mengintervensi pasar yang masih mengalami surplus suplai.

Di sisi lain, harga turut mendapat dorongan kuat dari turunnya stok penyimpanan Amerika Serikat. Data U.S. Energy Information Administration (EIA) pada Rabu (25/5) menuliskan, persediaan minyak mentah mingguan AS per Jumat (20/5) merosot 4,226 juta barel menuju ke 537,068 juta barel.

Laporan EIA juga menyebutkan level produksi minyak mentah Paman Sam per Jumat (20/5) menurun 0,27% menuju 8,767 juta barel per hari. Angka tersebut merupakan posisi terendah sejak September 2014.

Wahyu berpendapat, sentimen positif mulai membayangi pasar minyak akibat berkurangnya surplus pasokan. “Para investor kembali melakukan aksi beli sehingga mengantar harga menuju posisi US$50 per barel,” tuturnya kepada Bisnis, Kamis (26/5).

Dalam waktu dekat, terhambatnya pasokan di Nigeria, Libia, Ghana, dan Kanada juga mengurangi kelebihan pasokan. Diperkirakan gangguan suplai di Nigeria, Ghana, dan Kanada  membuat stok global terkoreksi lebih dari 1,5 juta barel per hari di awal Mei.

Meskipun demikian, sambungnya, harga minyak masih belum memasuki tren bullish karena masih dalam masa rebound. Dari sisi teknikal, rebound terjadi akibat rendahnya harga sejak awal tahun yang mengalami oversold.

Menurutnya nilai jual dalam masa rebound berkisar antara US$50-US$60 per barel. Namun, jika faktor fundamental membaik signifikan harga berpeluang menyentuh level US$100 per barel.

Editor : Gita Arwana Cakti

Source : bisnis.com