Minyak Lesu Usai Macet di Terusan Suez Teratasi

Harga minyak dunia loyo setelah kemacetan di Terusan Suez yang terjadi selama sepekan belakangan ini teratasi. Harga minyak dunia melemah usai kemacetan yang terjadi di Terusan Suez teratasi. Ilustrasi.

Jakarta, CNN Indonesia — Harga minyak mentah dunia terkoreksi pada perdagangan Selasa (30/3).  Melansir Antara pada Rabu (31/3), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei turun 84 sen atau 1,3 persen menjadi US$64,14 per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei jatuh US$1,01 atau 1,6 persen menjadi US$60,55 per barel di New York Mercantile Exchange.

Penurunan terjadi setelah kemacetan yang terjadi akibat kapal kargo Ever Given yang tersangkut di Terusan Suez Mesir selama hampir seminggu berhasil teratasi.

Lihat juga :Cuma 70 Persen TKA yang Jadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan

Terusan Suez di Eropa telah dibuka lagi untuk lalu lintas perdagangan internasional. Koreksi juga terjadi karena investor mempertimbangkan kebijakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC).

“Kenaikan harga yang terakumulasi selama Suez terblokir, seperti yang diperkirakan, berumur pendek dan sekarang menghilang dengan kembalinya lalu lintas normal secara bertahap,” kata Analis Pasar Minyak Rystad Energy Louise Dickson.

Selain itu, investor juga mempertimbangkan kebijakan mendatang dari OPEC ditambah Rusia atau OPEC+, di mana organisasi akan menggelar pertemuan untuk membahas prospek pembatasan pasokan pada 1 April 2021. Sebelumnya, Arab Saudi sudah menerima perpanjangan pemangkasan produksi sampai Juni 2021.

JPMorgan memperkirakan OPEC+ akan menghentikan pemangkasan produksi pada Mei 2021, meski Arab Saudi akan memperpanjang kebijakan itu. Bahkan, proyeksinya, OPEC+ akan berbalik arah dengan menambah produksi sekitar 500 ribu barel per hari mulai Juni hingga Agustus karena harga sudah naik dan permintaan meningkat.

Tapi, Rystad Energy memperkirakan permintaan justru akan berkurang karena lockdown kembali digelar di sejumlah negara. Permintaan juga tidak begitu besar karena China sudah memiliki perjanjian sendiri dengan Iran.

Sementara dari stok, persediaan minyak AS membengkak 3,9 juta barel pada pekan lalu. Survei analis Reuters memperkirakan bakal ada kenaikan lagi sekitar 100 ribu barel pada akhir bulan ini.

Source : cnnindonesia.com