Gejolak Politik di Timur Tengah Terus Dongkrak Harga Minyak

Gejolak Politik di Timur Tengah Terus Dongkrak Harga Minyak

Jakarta, CNN Indonesia — Harga minyak dunia menguat lebih dari 1 persen pada perdagangan Kamis (16/5) waktu Amerika Serikat (AS).  Penguatan dipicu oleh memanasnya suhu politik di Timur Tengah menyusul serangan udara dari koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi sebagai balasan dari serangan terhadap fasilitas minyaknya baru-baru ini.

Dilansir dari Reuters, Jumat (17/5), harga minyak mentah berjangka Brent naik US$0,85 atau 1,18 persen menjadi US$72,62 per barel. Selama sesi perdagangan berlangsung harga Brent sempat terdongkrak ke level tertinggi dalam 3 minggu terakhir.

Penguatan juga dialami oleh harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,81 atau 1,37 persen setelah menyentuh level tertinggi untuk dua pekan terakhir.

Pada Kamis (16/5), Koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi di Yaman melakukan sejumlah serangan udara di ibu kota Sanaa yang tengah dikuasai oleh kelompok Houthi. Serangan dilakukan setelah gerakan aliansi Iran menyatakan bertanggung jawab atas serangan drone pada dua stasiun pompa minyak Arab Saudi pekan ini.

Lihat juga:Panasnya Tensi di Timur Tengah Dongkrak Harga Minyak Dunia

Deputi Menteri Pertahanan Arab Saudi menuding Iran memerintahkan serangan drone pada stasiun pompa minyak. Serangan itu dilakukan menyusul serangan terhadap empat kapal tanker minyak pada pesisir Uni Emirat Arab Minggu (12/5) lalu.

Peningkatan ketegangan tersebut telah menimbulkan ketakutan pasar terhadap pasokan minyak di Timur Tengah. Pegawai AS telah diperintahkan untuk meninggalkan kedutaan Amerika di Baghdad pada Rabu (17/5) lalu akibat kekhawatiran terhadap ancaman dari Iran.

Analis Price Future Group Phil Flynn menilai pasar mulai menyadari risiko kian membesar mengingat tensi seperti yang ada saat ini sudah lama tidak terjadi.

“Jika ada penembakan di jaringan pipa, serangan drone kemungkinan terjadinya konflik atau gangguan pasokan meningkat,” ujar Flynn di Chicago.

Pada Kamis (17/5) kemarin, Menteri Perminyakan Irak Thamer Ghadhban mengungkapkan perusahaan minyak internasional yang beroperasi di Irak, tetangga langsung Iran, telah menyatakan operasional berjalan normal.

Operator kapal dan kilang Asia telah mengirimkan kapal menuju Timur Tengah dengan waspada dan memperkirakan kemungkinan kenaikan premi asuransi kapal setelah serangan tersebut.

“Sampai situasi mereda, pasar akan melalui masa sulit dengan menurunnya aktivitas perdagangan,” ujar Direktur Komoditas Berjangka Bob Yawger. Selain itu, menurut Yawger, ketatnya pasokan bensin dan reli di pasar ekuitas juga turut membantu mendongkrak harga minyak berjangka.

Pasar juga masih menghadapi ketidakpastian terkait keberlanjutan kebijakan pemangkasan produksi yang dilakukan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia.

Sebagai catatan, pemangkasan produksi tersebut telah mendongkrak harga lebih dari 30 persen sejak awal tahun. Ghadnan menyatakan pada pertemuan Komite Pengawas OPEC berikutnya akan menilai komitmen dari masing-masing anggota maupun non-anggota dalam memangkas produksinya.

Source : cnnindonesia.com