Prospek Harga Minyak Mulai Memanas

Hafiyyan – Senin, 30/05/2016 07:48 WIB

minyak

JAKARTA— Produsen minyak Amerika Serikat memotong jumlah rig dalam sembilan minggu terakhir meskipun harga telah diuji ke level tertinggi sepanjang 2016 senilai US$50 per barel. Sentimen ini membuat prospek harga semakin positif ke depan.

Pada penutupan perdagangan Jumat (27/5) harga minyak WTI kontrak Juni 2016 turun 0,15 poin atau 0,3% menuju US$49,33 per barel. Angka tersebut menunjukkan harga meningkat 34,19% sepanjang tahun berjalan.

Dalam waktu yang sama, harga minyak Brent kontrak Juli 2016 merosot 0,27 poin atau 0,54% menjadi US$49,32 per barel. Artinya, harga sudah terkerek 32,51% sepanjang 2016.

Perusahaan jasa energi Baker Hughes Inc. dalam laporannya menuturkan meskipun harga menunjukkan pemulihan, Amerika Serikat tetap memotong jumlah rig dalam sembilan minggu terakhir. Hal ini berimbas pada jumlah produksi yang terus berkurang.

Data U.S. Energy Information Administration (EIA) pada Rabu (25/5) menuliskan, persediaan minyak mentah mingguan AS per Jumat (20/5) merosot 4,226 juta barel menuju ke 537,068 juta barel.

Laporan EIA juga menyebutkan level produksi minyak mentah Paman Sam per Jumat (20/5) menurun 0,27% menuju 8,767 juta barel per hari. Angka tersebut merupakan posisi terendah sejak September 2014.

Baker Hughes menyampaikan, hingga Jumat (27/5) total rig menurun ke 316 yang menjadi level terendah sejak Oktober 2009 dan sekitar setengah dari jumlah 646 rig di tahun lalu. faktor-faktor ini mendorong harga menuju titik tertinggi baru sepanjang 2016.

“Para analis dan produsen yakin dalam waktu dekat harga minyak sudah memiliki landasan yang baik untuk kembali meningkat,” paparnya seperti dikutip dari Reuters, Minggu (29/5).

Paman Sam rata-rata memangkas hingga 11 rig minyak per minggu, sehingga mencapai 218 buah sepanjang tahun berjalan. Pada 2015, pemotongan rig berkisar 18 per minggu dengan total 963 titik. Angka tersebut menjadi penurunan secara tahunan (yoy) terbesar sejak 1988.

Jumlah rig mencapai puncak pada Oktober 2014 sejumlah 1.609 titik. Namun, harga sudah menurun dari US$107 barel di pertengahan 2014 menuju level terendah dalam 13 tahun terakhir, yakni US$26 per barel pada Februari 2016.

Baker Hughes menyimpulkan, ke depan harga minyak mentah tahun ini bisa mencapai rerata US$50 per barel dan US$51 per barel pada 2017. Jumlah rig menjadi salah satu indikator produksi yang memengaruhi nilai jual.

Rerata tingkat produksi minyak mentah AS diperkirakan turun dari 9,4 juta barel per hari pada 2015 yang menjadi level tertinggi sejak 1972 ke level 8,6 juta barel per hari di 2016. Sementara output kembali berkurang pada 2017 menuju 8,2 juta barel per hari.

Piper Jaffray, Energy Analysts Specialists  Simmons & Co, menuturkan dalam dua minggu terakhir rerata harga minyak menunjukkan kestabilan di posisi US$45-US$50 per barel. Namun, kenaikan harga di atas US$50 per barel berpotensi memicu kebangkitan proyek-proyek pengeboran baru.

“Sejumlah perusahaan eksplorasi dan produksi menunjukkan bahwa harga mendekati posisi yang menyebabkan mereka memiliki alasan untuk menambah rig,” ujarnya.

Fenomena ini, sambung Jeffrey, membuat analis percaya jumlah rig bisa kembali berkembang dalam beberapa minggu mendatang. Biasanya jumlah rig mengikuti pertumbuhan harga dengan jeda sekitar 3-4 bulan.

Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM, menyampaikan harga minyak WTI meningkat tajam menuju U$50 per barel karena penurunan persediaan minyak mentah menimbulkan ekspektasi surplus pasokan mungkin mulai menurun.

Kombinasi berbagai faktor seperti penurunan persediaan AS .  gangguan produksi jangka pendek di sejumlah negara pengekspor minyak utama, dan spekulasi peningkatan permintaan menjadi dasar bagi investor bullish untuk melakukan pembelian.

Walaupun harga berhasil naik selama beberapa saat, rapat OPEC mendatang pada 2 Juni dapat menghancurkan peningkatan ini. “Pada akhirnya, mengingat produksi global mungkin saja kembali ke level tertinggi dan kesepakatan pembekuan level produksi sepertinya belum akan tercapai, maka peningkatan harga minyak sepertinya masih terbatas,” tuturnya.

Dari sudut pandang teknikal, posisi US$50 per barel adalah level resistance kritis pada rentang waktu mingguan. Bila harga menembus di atas titik ini, maka dapat menghalangi penurunan nilai ke depan. (Reuters)

Editor : Gita Arwana Cakti

Source : bisnis.com