Pemerintah Disarankan Beri Insentif

JAKARTA, Asosiasi Logistik Indonesia menyarankan pemerintah memberikan insentif pemanfaatan kapal roll on roll off untuk angkutan barang berbasis truk guna menurunkan biaya logistik.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto mengatakan dengan pemberian insentif kepada pengusaha truk dan pengusaha kapal roll on roll off (Ro-ro) akan mengairahkan sektor maritime.

“Insentifnya bisa dengan kreditnya, kalau mengadakan kapal Ro-ro harus murah kreditnya,” katanya di Jakarta Rabu (2/3).

Selain itu, lanjutnya, pemerintah juga bisa memberikan insentif berupa subsidi BBM kapal Ro-ro seperti yang dipakai truk angkutan barang.

Mahendra juga meminta pemerintah mengeluarkan regulasi yang mendukung kapal Ro-ro angkutan truk bersandar di pelabuhan penumpang.

Dia optimistis insentif itu bia membawa keuntungan bagi pengusaha angkutan darat, sehingga pengusaha lain akan ikut serta.

Menurutnya, perusahaan yang berpeluang menjadi pionir adalah BUMN karena tugas BUMN tidak sekadar mengejar profit tetapi public service.

“Efisiensi dilihat dari supply chain, kalau jarak tempuh sekarang tiga hari maka saya harus ada inventory di Surabaya, tetapi kalau lewat laut lebih cepat sehingga inventory dari tiga hari bisa menjadi dua hari saja. Nah, efisiensi itu harus diserahkan kepada ‘Kapal Ro-ro,” katanya.

Mahendra menilai sejumlah rumusan tersebut memberikan pilihan kepada pengusaha truk untuk tetap melakukan usahanya. Dia menjamin langkah tersebut secara konstan dan memberikan keuntungan bagi pengusaha karena volume untuk pengangkutan barang tetap ada.

Mahendra melanjutkan pihaknya juga meminta pengusaha truk mulai memanfaatkan kapal Ro-ro untuk mengirimkan barang di Sumatra dan Jawa.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto mengatakan selama ini sekitar 91% pengiriman barang antarpulau dilakukan melalui jalur darat. Hal itu memicu tingginya biaya logistik di Indonesia.

Dia juga menyarankan agar pemerintah mengarahkan truk angkutan barang mulai mengalihkan barangnya melalui jalur laut.

“Karena ini terlalu dominan di darat, maka harus mulai beralih ke angkutan laut menggunakan kapal Ro-ro,” jelasnya.

TARIF MAHAL
Mahendra menjelaskan usulan menggunakan kapal Ro-ro tak berarti pengantaran barang dengan truk dihapuskan. Untuk merealisasikan hal tersebut, ALI berencana melakukan sosialisasi bersama para pelaku usaha truk.

“Sebelumnya sudah pernah beroperasi kapal Ro-ro mengangkut truk dari Pelabuhan Panjang, Bengkulu ke Surabaya namun sekarang non-aktif karena kurang insentif,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan mengatakan alasan pengusaha truk tidak berminat pakai kapal Ro-ro karena tarifnya terlampau mahal.

Selama biaya yang dikucurkan dengan kapal tidak terlalu mahal, paparnya, seharusnya pengusaha truk tidak berkeberatan.

“Jangan sampai kita ikut kapal malah semakin mahal, tujuannya menurunkan biaya logistik. Sekarang lewat laut jika lebih murah, kita akan naik, tetapi kalau lebih mahal, lebih baik tetap lewat darat,” ujar Gemilang.

Menurutnya, perlu ada kepastian tariff bagi pengusaha truk yang akan masuk ke kapal Ro-ro. Gemilang menyoroti minimnya volume kapal Ro-ro untuk angkutan di Bengkulu menuju Surabaya juga disebabkan oleh tingginya tarif yang dikenakan untuk satu truk. (Gloria F.K. Lawi)

Source: Business Indonesia – 4 Maret 2016