Pasca Ditegur, Inpex Temui Arcandra Bahas Rancangan Proyek Masela

Pasca Ditegur, Inpex Temui Arcandra Bahas Rancangan Proyek Masela

Jakarta – Duet Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar memberi peringatan keras kepada operator Blok Masela, Inpex Corporation, karena tak kunjung mengerjakan Pre Front End Engineering Design (Pre-FEED), alias pra rancangan pengembangan Blok Masela yang baru.

Pre-FEED adalah dasar dari Front End Engineering Design (FEED), yang bakal menjadi Plan of Development (POD) alias rencana pengembangan jika disetujui pemerintah.

POD Masela harus direvisi akibat perubahan skema pengembangan dari offshore menjadi onshore. Kalau revisi POD tak segera selesai, pengembangan tak bisa dimulai, produksi gas dari Masela pasti molor.

Sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan kilang LNG Masela harus dibangun di darat (onshore) pada Maret 2016, lalu sampai saat ini proyek Masela masih belum menunjukkan perkembangan signifikan.

Setelah ditegur, Inpex datang menemui Arcandra pada 4 Mei 2017 kemarin untuk membahas masalah Pre-FEED ini. Hasilnya, Inpex akan mengerjakan Pre-FEED dalam 2 fase. Di fase pertama, semua opsi skenario pengembangan Blok Masela dikaji.

Saat ini ada 2 opsi lokasi kilang LNG dan 2 opsi kapasitas produksi. Kilang LNG bisa dibangun di ‘Pulau A’ yang jaraknya hanya sekitar 100 kilometer (km) dari Blok Masela tapi ada palung di tengahnya, sehingga mempersulit pembangunan pipa gas. Atau ‘Pulau B’ yang berjarak 600 km dari Blok Masela tapi relatif lebih mudah jalurnya untuk pipa dari Masela ke pulau tersebut.

Ada 2 opsi juga untuk kapasitas produksi gas. Yang pertama adalah gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) sebanyak 7,5 Million Ton Per Annual (MTPA) ditambah gas pipa untuk industri petrokimia sebanyak 474 MMSCFD. Opsi kedua, LNG 9,5 MTPA ditambah gas pipa 150 MMSCFD.

Pulau mana yang lebih layak untuk kilang LNG, jalur mana yang memungkinkan untuk dilalui pipa gas, kapasitas produksi mana yang lebih masuk akal, apakah ada pembelinya jika gas diproduksi sekian, itu semua akan diuji melalui Pre-FEED fase pertama.

“(Inpex) Sudah ketemu. Hasilnya, ada kriteria yang harus disepakati. Tetap ada 2 opsi, saran mereka ada fase 1 dan fase 2,” kata Arcandra, saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (5/5/2017).

Setelah itu ada kriteria-kriteria tertentu untuk menyaring opsi-opsi yang ada. Hanya opsi yang masuk kriteria yang dikaji lebih lanjut dalam Pre-FEED fase kedua. “Untuk fase 1, ada kriteria nanti untuk lanjut ke fase 2. Dia minta begitu, kita lihat saja,” ucap Arcandra.

Sebelumnya, Inpex enggan melakukan Pre-FEED karena belum ada kejelasan soal pulau lokasi kilang LNG dan kapasitas produksi gas Blok Masela. Bagi Inpex, Pre-FEED tak bisa jalan kalau lokasi kilang dan kapasitas produksi belum diputuskan. Rancangan harus dibuat berdasarkan lokasi dan kapasitas produksi yang jelas.

Namun pemerintah punya pendapat sebaliknya. Menurut Arcandra, Pre-FEED harus mengkaji semua opsi yang ada untuk kemudian memilih lokasi kilang, kapasitas produksi, dan melanjutkan pilihan tersebut ke rancangan yang lebih rinci, yaitu Front End Engineering Design (FEED).

Dengan pengujian melalui Pre-FEED, rancangan yang nantinya dijadikan FEED dan disetujui pemerintah menjadi Plan of Development (PoD) punya dasar kuat, ada data-data dan argumen yang obyektif, bukan pilihan yang diambil karena alasan-alasan non teknis.

Jika Pre-FEED sudah jadi, dilanjutkan dengan FEED, disetujui pemerintah menjadi POD, barulah tahapan-tahapan selanjutnya menuju produksi gas seperti Final Investment Decision (FID), sampai Engineering Procurement and Construction (EPC) bisa dimulai. (mca/wdl)

Source : detik.com