Offshore Hadapi Tantangan Berat

Anjloknya harga minyak dunia sangatlah berdampak terhadap bisnis di sector Migas, termasuk perusahaan pelayaran offshore. Padahal perusahaan swasta nasional sekarang sudah mulai mampu memenuhi kebutuhan yarig diperlukan oleh pemerintah dalam hal penanganan proyek-proyek Migas. Namun kenyataannya, kondisi dah situasinya saat ini tidaklah mendukung, sehingga banyak pelaku sector Migas menghadapi masalah berat. Karena itu pemerintah perlu memberi solusi kepada mereka agar sector pelayaran offshore ini dapat tetap survive.

Direktur PT. PAN Maritime, Nova Mugijanto kepada reporter OceanWeek menceritakan bagaimana problem yang sedang dihadapi usaha ini, dan apa yang semestinya dilakukan kedepan.

 

novaBagaimana kondisi pelayaran offshore di tahun 2016 dan kedepan?

Pelayaran Offshore untuk tahun 2016 kedepan masih akan sangat berat dan penuh tantangan mengingat harga minyak dunia yang sudah turun hampir 75% berbanding tahun 2014, menjadi kisaran usd 30/ barrel. Dan selama harga minyak masih rendah, perusahaan-perusahaan minyak yang mempunyai kegiatan offshore (lepas pantai) akan menunda investasi sehingga berdampak terhadap berkurangnya kebutuhan akan kapal2 penunjang lepas pantainya.

Masalah apa saja yg masih akan dihadapi sektor ini?

Ada 3 masalah utama yang akan dihadapi oleh pelayaran sektor offshore tahun 2016 ini yaitu, Pertama, Permintaan akan penurunan charter rate dikarenakan program efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Migas. Kedua berkurangnya proyek-proyek pengeboran (eksplorasi) pencarian ladang migas baru dikarenakan ditundanya investasi baru oleh perusahaan-perusahaan Migas. Dan ketiga yakni bertambahnya jumlah armada Nasional dibidang pelayaran lepas pantai dikarenakan maraknya pemutusan kontrak kerja oleh perusahaan Migas.

Proyek-proyek pengeboran minyak nasional cukup banyak, bagaimana peluang usaha lokal?

Pada saat ini proyek-proyek pengeboran minyak di Indonesia sangat menurun dikarenakan jatuhnya harga minyak, Namun secara umum kemampuan perusahaan nasional / lokal sudah mampu untuk menggarap proyek pengeboran ini.

Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk kapal-kapal jenis tertentu sudah habis batas waktu cabotage, apakah merah putih siap untuk ini?

Dari total 24 jenis kapal2 offshore, saat ini hanya ada 3 jenis kapal offshore yang nasional belum siap yaitu Jack Up Rig / Jack Up Barge, Semisubmersible Rig dan Drilling Ship.

Harapan bapak kedepan untuk sektor ini, bisa diceritakan?

Harapan saya kedepan di sektor offshore adalah Azas Cabotage tetap dilaksanakan secara konsisten di sektor ini. Lalu lebih memprioritaskan perusahaan nasional dibandingkan dengan perusahaan PMA. Di era krisis harga minyak saat ini, dibutuhkan peran yang lebih aktif dari pemerintah di dalam mendukung perusahaan-perusahaan migas untuk tetap melakukan investasi di bidang migas dengan memberikan insentif yang lebih besar sehingga industry Hulu Migas masih tetap berperan di dalam ekonomi Indonesia. Dengan adanya proyek-proyek pengeboran lepas pantai, diharapkan industry pelayaran sebagai salah satu industry penunjangnya juga dapat lebih berkembang.

Source: Ocean Week, No : 340/XV, 21 Februari – 06 Maret 2016