Memperkuat Kapabilitas Kemaritiman Indonesia di APM 2016

Seperti diketahui, industri perkapalan di Indonesia saat ini masih mengandalkan komponen impor yang mencapai 60% lebih di mana produsen komponen yang diimpor berasal dari negara-negara yang juga mengikuti kegiatan tersebut.

fotoSjaifuddin Thahir, Senior Manager Asset and General Affair di Biro Klasifikasi Indonesia, Hasbi Assiddiq Syamsuddin, Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Logam,Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika dari Kementerian Industri, Carmelita Hartoto, Ketua Indonesia National Shipowners Association (INSA) dan Wakil Ketua Transportasi Kamar Dagang Indonesia (KADIN), Tjahjono Roesdianto, Dewan Penasehat Ikatan Perusahaan Kapal Nasional dan Lepas Pantai Indonesia (IPERINDO), serta Yeow Hui Leng, Senior Project Direktur Reed Exhibitions (reedpanorama). 

Asia Pacific Maritime (APM) 2016 pameran dan konferensi kemaritiman utama di Asia akan kembali hadir datam edisi ke 14, acara ini akan kembali digelar pada 16-18 Maret 2016 mendatang di Marina Bay Sands, Singapura.

Pameran ini fokus pada tema pembuatan kapal, kapal laut berukuran sedang dan permasalahan lepas pantai. Konferensi yang akan terselenggara selama tiga hari ini akan menghadirkan tokoh-tokoh industri regional dan internasional yang akan berdiskusi mengenai berbagai peluang yang ada di dalam industri

“Pemerintah menyambut baik adanya APM karena konferensi ini dapat menjadi ajang bisnis dan mendorong program Indonesia sebagai poros maritim dunia,” ujar Direktur Industri Maritim Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan (IMKAP) Kementerian Perindustrian Hasbi Assiddiq Syamsudin kepada pers di Jakarta, (16/2/2016).

Di tempat yang sama, anggota Dewan Penasihat Ikatan Perusahaan Kapal Nasional dan Lepas Pantai Indonesia (IPERINDO) Tjahjono Roesdianto mengatakan acara seperti ini bukan hanya sebagai ajang interaksi bisnis.

“Tidak hanya terjadi transaksi jual beli, tetapi bagaimana kita membangun suatu komunikasi untuk menarik investor masuk ke Indonesia dengan teknologinya, sehingga industri maritim Indonesia bisa mandiri,” katanya Senior Project Director Reed Exhibitions Organizer of APM 2016, Yeow Hui Leng melihat pemerintah Indonesia mendorong industri perkapalan dengan melakukan pemesanan kapal yang sangat banyak untuk keperluan pemerintah. Hal itu tentu menjadi kesempatan bagi perusahaan di Indonesia dan luar Indonesia untuk memperkenalkan diri.

Seperti diketahui, industri perkapalan di Indonesia saat ini masih mengandalkan komponen impor yang mencapai 60% lebih di mana produsen komponen yang diimpor berasal dari negara-negara yang juga mengikuti kegiatan tersebut.

Dengan demikian, APM 2016 menjadi kesempatan untuk belajar teknologi komponen guna memenuhi industri perkapalan. Pada saat pemerintah semakin banyak membutuhkan komponen tersebut, produsen dapat menawarkan produk-produk yang menarik untuk memenuhinya.

“Saat ini masih banyak impor, mereka nanti pasti juga harus punya sendiri di Indonesia,” jelas Yeow Hui Leng.

Menurut Yeow, dan sejumlah negara yang menjadi pengunjung terbanyak adalah Singapura, Malaysia, Indonesia, China, Korea Selatan, Jepang, Thailand, India, dan Vietnam. Beberapa di antaranya merupakan produsen kapal yang telah maju seperti Jepang dan China serta yang sedang berkembang seperti Indonesia, Thailand, dan Vietnam.

“Pemain di Indonesia semakin banyak, kegiatan seperti ini semakin perlu untuk menambah ilmu, networking,” jelasnya.

Diperkirakan APM akan dihadiri oleh 15.000 pengunjung dan para pengambil keputusan dari Asia, 1.500 perusahaan produr jasa internasional dari lebih 60 negara, dan lebih dari 50 tokoh industri. Semua elemen ini akan berkumpul dalam satu platform tunggal untuk membeli, menjual, melakukan networking dan memperoleh pengetahuan. (AK)

Source : ISG (Indonesia Shipping Gazette) – February 29, 2016