KINERJA PENDAPATAN EMITEN – Badai Terjang Emiten Pelayaran
Rivki Maulana – Selasa, 15/11/2016 07:13 WIB
JAKARTA — Kinerja emiten pelayaran diperkirakan bakal terus terhempas bila iklim usaha masih juga mendung. Pada sembilan bulan 2016, sebanyak 14 dari 16 emiten kompak mencatat penurunan pendapatan.
Berdasarkan catatan Bisnis, PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk. menjadi salah satu emiten pelayaran yang masih mencetak pertumbuhan pendapatan sebesar 2% menjadi Rp1,2 triliun. Sementara itu, 15 emiten lainnya mencatat koreksi bervariasi, mulai dari 5% hingga 100%. (Lihat tabel)
Sundap Carulli, Direkur Keuangan PT Logindo Samuderamakmur Tbk. mengatakan industri pelayaran terutama di segmen kapal lepas pantai atau offshore support vessel (OSV) masih tertekan akibat permintaan yang lemah menyusul pengurangan kegiatan eksplorasi migas.
Sejak harga minyak melorot, perusahaan migas memang mengurangi kegiatan eksplorasi karena tak ingin tekor. Selama paruh pertama 2016, SKK Migas mencatat realisasi investasi migas turun 27% menjadi US$5,65 miliar.
Dilansir dari Bloomberg, harga minyak mulai melandai sejak pertengahan 2014. Harga minyak saat ini bergerak di level US$114,81 per barel pelan tapi pasti melorot hingga menapai titik nadir pertengahan Januari 2016 ke level US$28.
Pada perdagangan kemarin, harga minyak WTI US$43,23 per barel sedangkan harga minyak brent bertengger di level US$44,33 per barel. Harga minyak kian tak jelas karena perundingan negara eksportir minyak yang tergabung dalam OPEC berjalan buntu. Tak ada negara yang ingin mengalah untuk mengurangi produksinya.
Sundap memperkirakan, andai harga minyak dunia kembali naik, kenaikannya belum akan merangsang perusahaan migas untuk menggenjot menggenjot produksi migas di dalam negeri. Menurut Sundap, perbaikan iklim investasi di sektor hulu migas adalah kunci bagi untuk merangsang kegiatan eksplorasi. “Kami berharap ada gebrakan dari Pak Jonan karena sektor ini punya multiplier effect,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (14/11).
Dalam cuaca usaha yang tengah mendung, Sundap menyebut perseroan akan terus menjaga efisiensi sembari mencari kontrak-kontrak baru berjangka pendek. Kontrak baru pun menurut Sundap sulit untuk mengerek pendapatan karena tarif sewa saat ini sudah jatuh.
Per September 2016, perusahaan bersandi saham LEAD itu mencatat penurunan pendapatan 38,9% menjadi US$25,13 juta. Di tengah tren pendapatan yang tergerus, LEAD telah mencapai mufakat dengan kreditor untuk merestrukturisasi utang senilai US$74 juta sehingga perseroan bisa berhemat US$1,3 juta per bulan.
Setali tiga uang, PT Wintermar Offshore Marine Tbk. juga memperkirakan kenaikan harga minyak tidak serta merta berdampak langsung terhadap permintaan sewa kapal OSV.
Pek Swan Layanto, Head of Investor Relation Wintermar mengatakan ada jeda waktu antara kenaikan harga minyak dengan peningkatan kegiatan eksplorasi migas. “Kami berharap tahun depan mulai recover meskipun tidak naik drastis,” jelasnya.
Per September 2016, total pendapatan Wintermar turun 8,67%. Kendati demikian, upaya efisiensi yang dilakukan berhasil membuat laba operasi perseroan tumbuh 197% menjadi Rp7,1 juta. Hingga saat ini, Wintermar siap melego 15 armada kapal dari berbagai jenis. Kapal yang siap dijual umumnya berusia lebih dari sepuluh tahun.
Di lain pihak, emiten pelayaran di segmen kontainer tetap belanja kapal kendati pundi-pundi pendapatan agak seret. PT Samudera Indonesia Tbk., misalnya baru saja meluncurkan kapal pengangkut kimia bernama MT Sinar Morotai.
Bani Mulia, Direktur Samudera Indonesia mengatakan kapal tersebut dibuat oleh galangan kapal Sasaki Shipbuilding Co. Ltd, Jepang berdaya angkut 4.450 meter kubik. Adapun, harga kapal tersebut mencapai US$17 juta. “Kapal akan beroperasi Maret 2017,” katanya.
PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk. (Temas Line) masih memiliki dana sebesar Rp220 miliar untuk belanja kapal. Marthalia Vigita, Corporate Secretary Temas Line mengatakan hingga akhir tahun perseroan siap menambah dua kapal baru. “Saat ini masih dalam penjajakan ,” tukasnya.
Pada September 2016, perseroan baru saja membeli kapal kontainer bekas berkapasitas 2.072 TEUs (twenty-foot equivalent unit) senilai US$6,5 juta atau sekitar Rp84,93 miliar. Alhasil, tambahan kapal baru ini membuat jejeran armada Temas Line berjumlah 28 kapal.
Editor : Bunga Citra Arum – Nursyifani
Source : bisnis.com