HARGA MULAI STABIL : Suplai Minyak AS Melambat

JAKARTA — Harga minyak mentah kembali menghijau seiring dengan melambatnya pertumbuhan suplai di Amerika Serikat dan rencana pertemuan negara produsen pada pertengahan April 2016.

  • American Petroleum Institute memproyeksikan stok minyak mentah AS pada pekan lalu hanya akan bertumbuh 1,5 juta barel.
  • Sekitar 15 negara produsen yang berkontribusi terhadap 73% produksi minyak dunia mendukung inisiatif pembatasan produksi.

Pada perdagangan Rabu (16/3) pukul 17:49 WIB harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2016 naik 0.74 poin atau 1,89% menjadi US$38.81 per barel. Sedangkan minyak Brent berada di level US$39,37 per barel, meningkat 0,66 poin atau 1,7%.

American Petroleum Institute (API) melaporkan peningkatan stok minyak mentah AS pada pekan lalu hanya akan bertumbuh 1,5 juta barel. Kenaikan tersebut menjadi level terendah dalam empat minggu terakhir.

Chief Strategist CMC Markets di Sydney Michael McCarthy menuturkan, secara bertahap suplai minyak global akan menurun. Pasar melihat pengurangan produksi dan jumlah rig di AS membuat pasokan dunia yang berlebih mulai menuju kestabilan.

API menyebutkan Persediaan di Cushing, Oklahoma sebagai titik penyimpanan terbesar AS naik 471.000 barel pada pekan lalu. Sementara persediaan bensin menurun 1,2 juta barel.

Minyak kembali memanas baru-baru ini setelah merosot ke level terendah dalam 12 tahun terakhir pada Januari seiring dengan meningkatnya permintaan dan pembatasan penambangan dari sejumlah produsen utama.

Dalam laporan bulanan pasar minyak OPEC, permintaan minyak mentah diprediksi naik 1,25 juta barel per hari sepanjang 2016 (secara tahunan).

Walaupun begitu, Bloomberg memperkirakan stok minyak mentah Paman Sam pada pekan lalu bertambah 3,2 juta barel, sebelum pemerintah melansir data resmi pada Rabu (16/3) waktu setempat. Proyeksi Bloomberg secara tidak langsung menunjukkan pasokan mingguan AS akan kembali mencapai rekor tertinggi dalam delapan dekade.

Sentimen positif juga datang dari rencana diskusi antara Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali Al-Naimi dan Mentei Energi Rusia Alexander Novak dalam waktu dekat. Selain itu, Menteri Energi Qatar Mohammed Bin Saleh Al-Sada menyatakan pertemuan antara perwakilan negara anggota OPEC dan nonOPEC akan dilangsungkan di Doha pada 17 April mendatang.

Hal ini merupakan tindak lanjut pertemuan yang digelar bulan lalu antara Qatar, Arab Saudi, Rusia, dan Venezuela mengenai pembekuan produksi minyak dan meminta produsen lain untuk melakukannya,” ujarnya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (16/3).

Menurutnya, sekitar 15 negara produsen baik yang tergabung dalam OPEC maupun tidak yang berkontribusi terhadap 73% produksi minyak dunia mendukung inisiatif tersebut.

Sejumlah analis berpendapat, pembicaraan tentang pembekuan produksi hanya sedikit berpengaruh terhadap suplai global yang terus mengalami kelebihan dibandingkan tingkat permintaan sekitar 1 juta barel per hai. Apalagi. Iran sudah menyatakan tetap memacu produksi hingga 4 juta barel per hai dari sekitar 3 juta barel per hari pada bulan lalu.

Research Analyst FXTM Lukman Otunuga dalam publikasinya menyampaikan, ekspektasi tentang kemungkinan pemotongan produksi dunia menurun drastis karena Iran menolak untuk ikut serta. Hal ini menjadi dasar bagi para trader yang pesimis akan WTI menaik harga kembali ke level US$36 per barel.

“Komoditas minyak sangat bearish dan masalah berkelanjutan seputar kelebihan pasok pasar telah mengikis ketertarikan investor,” paparnya, Rabu (16/3). (Reuters/Bloomberg).

Source : Bisnis Indonesia – 17 Maret 2016