Virus Corona, Minyak Jatuh ke Harga Terendah dalam 13 Bulan

Virus Corona, Minyak Jatuh ke Harga Terendah dalam 13 Bulan Harga minyak dunia jatuh ke level terendah dalam 13 bulan akibat ‘terinfeksi’ Virus Corona.

Jakarta, CNN Indonesia — Harga minyak jatuh ke level terendah sejak Desember 2018 pada akhir perdagangan Senin (10/2) atau Selasa (11/2) pagi WIB tertekan pelemahan  permintaan China. Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April turun 1,20 dolar AS atau 2,2 persen menjadi US$53,27 per barel.

Harga tersebut merupakan level penutupan terendah sejak 28 Desember 2018. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret turun 0,75 dolar AS atau 1,5 persen menjadi US$49,57 per barel.

Harga tersebut merupakan yang terendah sejak penutupan terendah sejak 7 Januari 2019.

Minyak telah turun lebih dari 25 persen sejak Januari. Pelemahan tersebut membuat minyak mentah AS (WTI) kembali di bawah US$50 per barel. Penurunan terjadi setelah wabah Virus Corona menyebar di China dan beberapa negara.

Khusus di China wabah virus telah memukul permintaan dari importir minyak terbesar di dunia tersebut.  Pasalnya, sebagian besar pabrik penyulingan di China harus mengurangi operasi mereka akibat wabah virus tersebut.

Penurunan permintaan tersebut telah memicu kekhawatiran pasar atas peningkatan pasokan global sehingga membuat harga minyak tertekan.

“Pasar minyak terus mengalami tekanan akibat wabah Virus Corona yang telah membuat sektor transportasi dan manufaktur China macet,” kata analis di Eurasia Group dalam sebuah laporan seperti dikutip dari Antara, Selasa (11/2).

Harga minyak juga terbebani ketidakpastian Rusia mengurangi produksi. Rusia merupakan anggota OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya.

Lihat juga :Erick Thohir Bidik Holding BUMN Rumah Sakit Raup Rp10 T

Sebelumnya, OPEC+ memberikan sinyal pemotongan produksi minyak hingga 600 ribu barel per hari (bph). Ini bertujuan untuk mengurangi terjunnya harga minyak akibat berkurangnya permintaan di tengah penyebaran wabah Virus Corona.

Organisasi itu telah mengurangi produksi hingga 1,2 juta bph sejak Januari 2019. Tujuannya untuk mengantisipasi kelebihan pasokan global dan menopang harga minyak mentah.

Menteri Perminyakan Aljazair Mohamed Arkab mengatakan komite telah menyarankan pengurangan produksi dilanjutkan sampai akhir kuartal kedua. Namun, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan Moskow membutuhkan lebih banyak waktu untuk menilai situasi.

Source : cnnindonesia.com