Pertamina Klaim Kinerja Mulai Membaik usai Rugi Rp11 T

PT Pertamina (Persero) Tbk mencatat kinerja perseroan mulai membaik pada Juli 2020 dengan mencetak laba bersih bulanan sebesar US$408 juta.PT Pertamina (Persero) Tbk mencatat kinerja perseroan mulai membaik pada Juli 2020 dengan mencetak laba bersih bulanan sebesar US$408 juta. Ilustrasi.

Jakarta, CNN Indonesia — PT Pertamina (Persero) menyatakan kinerja keuangan perseroan mulai membaik pada Juli 2020. Hal itu ditandai dengan peningkatan penjualan produk sebesar 5 persen dibandingkan Juni menjadi 6,9 juta kiloliter. Dari sisi nilai, penjualan meningkat 9 persen menjadi US$3,2 miliar.

Sepanjang paruh pertama tahun ini, kinerja keuangan perusahaan babak belur karena pandemi virus corona. Tercatat, perusahaan rugi US$767,91 juta atau setara Rp11,13 triliun (asumsi kurs Rp14.500 per dolar AS).

“Salah satu shock yang dialami pada masa pandemi Covid-19 adalah penurunan demand BBM, namun seiring pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru dan pergerakan perekonomian nasional, tren penjualan Pertamina pun mulai merangkak naik,” ujar Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (28/8).

Lihat juga :SKK Migas Desak Pertamina EP Segera Kejar Target Produksi

Menurut Fajriyah, periode Februari hingga Mei 2020 merupakan masa-masa terberat perseroan mengingat volume permintaan turun drastis karena pandemi virus corona.

Bahkan, saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), penurunan permintaan di kota-kota besar mencapai lebih dari 50 persen. Ditambah penurunan pendapatan di sektor hulu, total pendapatan perseroan anjlok hingga 20 persen.

Seiring penurunan pendapatan, laba perusahaan ikut tergerus. Pada Januari 2020, perusahaan masih meraup laba bersih US$87 juta. Namun, tiga bulan berikutnya, perusahaan rugi US$500 juta per bulan.

Perseroan lantas mencari cara agar bisa menekan kerugian dari sisi operasional dan finansial. Imbasnya, laba bersih beranjak naik sejak Mei hingga Juli 2020 dengan rata-rata sebesar US$350 juta per bulan.

Lihat juga :Pengamat Nilai Ahok Tak Terkait Rugi Rp11 T Pertamina

“Dengan Laba Bersih (unaudited) di Juli sebesar US$408 juta, maka kerugian kumulatif dapat ditekan dan berkurang menjadi US$360 juta atau setara Rp5,3 Triliun. Dengan memperhatikan trend yang ada, kami optimistis kinerja akan terus membaik sampai akhir tahun 2020,” katanya.

Selain itu, kinerja Laba Operasi dan EBITDA juga tetap positif, sehingga secara kumulatif sepanjang periode Januari-Juli 2020 mencapai US$1,26 milyar dan EBITDA sebesar US$3,48 milyar.

“Tentu saja, perbaikan kinerja tidak semudah membalikkan tangan, perlu proses dan perlu waktu,” katanya.

Beberapa strategi yang dijalankan perusahaan untuk memperbaiki kinerja di antaranya efisiensi belanja operasional (opex) dengan memotong anggaran hingga 30 persen, juga melakukan prioritas belanja modal (capex) dengan sangat selektif hingga bisa lebih efisien 23 persen.

“Kami melakukan renegosiasi kontrak, memitigasi rugi selisih kurs, tetap menjalankan operasional dan investasi untuk mempertahankan produksi hulu; meningkatkan strategi marketing dengan program diskon dan loyalty customer untuk meningkatkan pendapatan; me-review dan memperbaiki model operasi kilang dan lain-lainnya,” ujarnya.

Fajriyah menekankan perusahaan tetap berkomitmen dalam penyediaan dan pelayanan energi , mulai dari sektor hulu sampai dengan pendistribusian BBM dan LPG, termasuk program BBM 1 Harga. Tenaga kerja yang langsung terlibat di dalamnya pun mencapai lebih dari 1,2 juta orang.

Perusahaan minyak negara ini juga berusaha untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), tatkala perusahaan migas global lainnya melakukan PHK besar-besaran. Perusahaan juga tetap menjalankan proyek-proyek strategis yang menyerap ribuan tenaga kerja, seperti proyek pembangunan kilang RDMP & GRR serta proyek infrastruktur hulu dan hilir lainnya untuk membangun ketahanan dan kemandirian energi nasional.

Source : cnnindonesia.com