Investor Tunggu Putusan Sanksi Terhadap Iran, WTI Menguat

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah membukukan kenaikan terbesar dalam dua pekan terakhir pada perdagangan Rabu (2/5/2018) karena tenggat waktu untuk keputusan AS tentang kesepakatan nuklir Iran mendekat dan dolar melemah.

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni menguat 1% atau 0,68 poin ke level US$67,93 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 19% di atas rata-rata 100 hari.

Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli menguat 0,23 poin dan ditutup di level US$73,36 per barel di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London. Minyak mentah patokan global ini lebih mahal US$5.59 dibanding WTI kontrak Juli.

Dilansir Bloomberg, Presiden Donald Trump berencana untuk memutuskan apakah akan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran pada atau sebelum 12 Mei, sebuah putusan yang dapat mengganggu ekspor minyak mentah oleh produsen terbesar OPEC ketiga tersebut.

Pada saat yang sama, penurunan greenback mendorong daya tarik minyak mentah sebagai investasi setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan kebijakan yang berakhir Rabu kemarin.

“Ini tampak seperti reaksi terhadap Fed,” kata Phil Streible, analis pasar senior di RJO Futures di Chicago, seperti dikutip Bloomberg. “Dolar mulai melemah dan menyebabkan aset lain meningkat, seperti logam dan energi.”

Minyak mentah di New York dan London menguat bulan lalu sebagai antisipasi dari keputusan AS bulan ini pada nuklir Iran. Adapun ekspor minyak mentah OPEC April turun ke level terendah tahun ini, menurut data dari perusahaan pelacakan kargo Kpler.

Sementara itu, Arab Saudi menetapkan harga minyak mentah patokannya untuk pelanggan Asia di levbel tertinggi sejak Agustus 2014, sehingga menambah momentum bullish di pasar.

“Harga minyak mencerminkan kekhawatiran tentang sanksi Iran,” kata Michael Lynch, presiden Strategic Energy & Economic Research di Winchester, Massachusetts. “Sebagian besar komentar yang mungkin kita dengar pekan depan adalah sangat harga yang sangat bullish.”

Source : bisnis.com