Setelah Blok Rokan, Pertamina Incar Blok Corridor

Kondisi Pumping Unit, Duri Field di Blok Rokan yang dikelola PT Chevron Pacific Indonesia pada 2009.

JAKARTA, KOMPAS.com – PT Pertamina semakin agresif mendapatkan hak partisipasi di blok-blok migas besar di Indonesia terutama blok-blok habis kontrak (blok terminasi).
Setelah mendapatkan Blok Mahakam yang sempat menjadi produsen terbesar gas Indonesia, Pertamina pada pekan lalu juga baru saja mendapatkan penugasan untuk mengelola Blok Rokan yang menjadi produsen minyak terbesar nomor dua di Indonesia saat ini.
Tidak puas sampai di situ, Pertamina kembali melirik Blok Corridor yang tercatat sebagai penyumbang produksi gas ketiga terbesar di Indonesia. Blok Corridor yang akan dioperatori oleh Conocophillips ini akan habis kontraknya pada tahun 2023 mendatang.
Namun Pertamina masih malu-malu mengaku minatnya terhadap Blok Corridor. Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam masih bekilah terkait rencana Pertamina di Blok Corridor. “Ditunggu saja ya,” kata Alam ke Kontan pada Jumat (3/8/2018).
Minat Pertamina terhadap Blok Corridor justru diungkapkan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto yang mengatakan bahwa Pertamina memang terus meminati blok-blok migas yang ada di Indonesia. Salah satunya Blok Corridor.
Djoko bahkan menyebut Pertamina telah meminta izin untuk membuka data (open data) blok tersebut. “Kalau tidak salah sudah izin minta buka data juga,” ungkap Djoko.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM Ediar Usman mengatakan, permohonan izin yang diajukan Pertamina untuk melakukan buka data telah diterima oleh pemerintah.
Pemerintah pun sudah memberikan izin kepada Pertamina untuk melakukan buka data di Blok Corridor. “Iya, sudah diberikan,” ucap Ediar, Minggu (5/8/2018).
Asal tahu saja, produksi gas Lapangan Grissik Blok Corridor mencapai 841 mmmscfd di semester I 2018. SKK Migas mencatat target produksi gas Blok Corriodor dalam APBN 2018 sebesar 810 mmscfd.
SKK Migas memproyeksikan, hingga akhir tahun 2018, produksi gas Blok Corridor mencapai 798 mmcfd. Biarpun diperkirakan tidak mencapai target dalam APBN 2018,namun Blok Corridor masih akan menjadi produsen gas ketiga terbesar di Indonesia.
Blok Corridor yang terletak di Kabupaten Muba, Sumatera Selatan ini memiliki luas wilayah kerja mencapai 872 mil persegi.
Blok Corridor sempat menjadi perbincangan saat Menteri ESMD Ignasius Jonan menaikkan harga gas Lapangan Grissik Blok Corridor yang dijual Conocophillips ke PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dari 2,6 dollar AS per mmbtu menjadi 3,5 dollar AS per mmbtu untuk volume 22,73 billion british thermal unit per day (BBTUD) pada Agustus 2017 lalu

Source : kompas.com