Perkembangan Pembahasan Stimulus AS Angkat Harga Minyak

Harga minyak menguat lebih dari 1 persen pada perdagangan Rabu (21/10) pagi WIB terangkat oleh perkembangan pembahasan stimulus ekonomi AS. Harga minyak dunia menguat 1 persen lebih tertopang oleh pembahasan stimulus ekonomi AS. Ilustrasi.

Jakarta, CNN Indonesia — Harga minyak naik lebih dari 1 persen pada akhir perdagangan Selasa (20/10) waktu AS atau Rabu (21/10) WIB. Kenaikan terjadi ketika pembahasan stimulus ekonomi AS mendekati kesepakatan.

Tetapi ancaman penurunan permintaan minyak akibat melonjaknya kasus covid-19 di seluruh dunia dan kebijakan Libya mengerek produksi membatasi kenaikan itu.

Dikutip dari Antara, Rabu (21/10), harga minyak mentah berjangka AS jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November ditutup pada level US$41,46 per barel atau  naik 1,54 persen dibanding hari sebelumnya.

Lihat juga:Holding BUMN Asuransi Resmi Terbentuk, IFG Jadi Induk

Sementara itu untuk minyak jenis WTI untuk kontrak pengiriman Desember naik ke level US$41,70 per barel.

John Kilduff, mitra di Again Capital di New York mengatakan perhatian pasar sekarang ini tertuju pada proses negosiasi antara Ketua DPR AS Nancy Pelosi dengan Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengenai paket bantuan atau stimulus virus corona di Negeri Paman Sam.

“Jika kita mendapatkan kesepakatan, saya pikir itu akan mendukung. Sebaliknya,  jika tidak mendapatkan kesepakatan, saya pikir itu akan cukup merugikan harga,” kata Kilduff.

Harga naik setelah Pelosi mengatakan dia optimistis Demokrat bisa mencapai kesepakatan dengan Gedung Putih supaya paket stimulus bisa digelontorkan awal bulan nanti.  Dia menambahkan arah kesepakatan harus dicapai pada Selasa (20/10) malam.

Namun, skeptisisme atas dampak kesepakatan di pasar minyak tetap ada.

“Meskipun memungkinkan paket stimulus baru, selera risiko dapat terpukul dari terungkapnya fenomena ‘beli rumor/jual berita’,” kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates. 

Rebound dalam kasus covid-19 di Eropa dan Amerika Utara telah memicu sejumlah negara menerapkan lockdown baru. Itu membuat harga tidak bergerak lebih tinggi lagi.

Di tengah kondisi itu, panel menteri Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya berjanji untuk mendukung pasar dalam menghadapi pukulan pandemi terhadap permintaan.

Lihat juga:Bank Sambut Perpanjangan Penundaan Cicilan Kredit oleh OJK

Namun, di tengah janji itu, mereka justru mengurangi rencana pemotongan produksi minyaknya dari 7,7 juta barel per hari (bph) menjadi sekitar 5,7 juta barel per hari pada Januari mendatang.

Libya yang dibebaskan dari pemotongan, juga menyatakan akan meningkatkan produksi setelah konflik bersenjata menutup hampir semua produksi negara itu pada Januari lalu dan  memompa lebih banyak minyak ke pasar yang kelebihan pasokan.

Kebijakan itu menambah kekhawatiran pasar. Pasalnya, persediaan minyak mentah AS sedang naik 584 barel dalam sepekan menjadi sekitar 490,6 juta barel.

Source : cnnindonesia.com