Gelombang Keras Pelayaran di Tahun 2019

JMOL. Tahun 2019 merupakan tahun terakhir bagi pelayaran dunia dalam mempersiapkan diri memasuki “IMO 2020 Sulphur Cap”. Menggunakan jenis BBM Rendah Sulfur yang lebih mahal menjadi opsi yang paling banyak dipilih ketimbang menginstal scrubber.

Dari sisi market, akibat perang dagang AS vs China, WTO memperkirakan pertumbuhan volume perdagangan dunia melambat menjadi 3,7 persen. Berimbas pada menurunnya ekspor-Impor dan pertumbuhan order angkutan barang melalui laut.

Regulasi BBM Rendah Sulfur dan pasar yang melambat adalah dua hantaman gelombang bagi industri pelayaran dunia di 2019.

Baca: Mulai 2020, IMO Tetapkan Global Sulphur Cap 0.5 Persen

Sementara bagi pelaku pelayaran domestik, tahun 2019 menjadi tahun yang ‘sibuk” lantaran kewajiban untuk melaporkan konsumsi BBM kapal sudah dimulai per Maret 2019, disamping ‘kejaran’ dari Pemerintah tentang penggunaan Biosolar B20 untuk armada-armada mereka.

Baca:

Mulai 2019, Pelayaran Nasional Wajib Laporkan Konsumsi BBM Kapal

INSA Minta Penundaan Biodiesel B20 di Pelayaran

Namun, terjangan gelombang domestik tidak seganas di dunia. Kewajiban lapor konsumsi BBM hanya terbatas untuk kapal bertonase 5000 GT, yang populasinya terbilang tidak banyak di sini. Sementara, INSA masih cukup percaya diri untuk melunakkan implementasi B20 yang ditagih pemerintah.

Tentunya akan menarik mengikuti bagaimana industri pelayaran melewati hadangan gelombang di atas. Untuk sementara, walau sedikit terlambat, kami mengucapkan “Selamat memasuki Tahun Baru 2019”. Salam Maritim.

Source : jurnalmaritim.com